Trend Single Professional Women (SPW)




Apa yang kamu lakukan setelah lulus kuliah? Menikah? Atau mencari pekerjaan? Tahukah kamu, kalau saat ini banyak perempuan setelah lulus perguruan tinggi mereka langsung memfokuskan diri untuk meniti karir, bahkan sangat berhasrat untuk mencapai posisi sampai level yang tinggi. Perempuan seperti ini disebut dengan Single Professional Women (SPW). Menjadi SPW saat ini telah menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan.
Penelitian mengenai SPW telah banyak dilakukan di beberapa negara antara lain Amerika Serikat, India, Polandia, Jerman dan penelitian terbaru yaitu di Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, China dan Indonesia. Menurut beberapa penelitian tersebut, penyebab timbulnya SPW antara lain karena globalisasi yang menimbulkan sikap individualisme yang kini menyebar tidak hanya di negara barat, tetapi sudah masuk dalam sendi kehidupan perempuan negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Karir yang cemerlang, kondisi financial dan ekonomi yang mapan, kehidupan sosial yang baik serta meningkatnya gaya hidup, semakin menambah keinginan para perempuan untuk hidup mandiri atau tidak bergantung kepada orang lain. Diakui oleh perempuan-perempuan di Jepang, China dan Indonesia mereka lebih suka menjadi Single Professional Women.
Kebebasan melakukan apa pun yang diingini dan kepemilikan kehendak yang luas bisa jadi menjadi pemicu semakin banyak SPW di beberapa belahan dunia lainnya. Bayangkan, ketika kebutuhan kita para perempuan terpenuhi dengan mengandalkan kemampuan dan usaha kita sendiri, tentu menjadi suatu kebanggaan dan kepuasan yang amat besar, ketika rasa puas itu berlangsung lama dan adanya kenyamanan dengan itu semua bisa jadi muncul perasaan dan pikiran dalam benak kita seperti ‘untuk apa mencari pendamping ketika semua kebutuhan kita telah terpenuhi dengan usaha kita sendiri’, bahkan menjadi mungkin kita bertanya-tanya ‘apakah pendamping kita juga akan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita’, belum tentu.
Keasyikan dan kenyamanan inilah yang semakin terus tumbuh dan menguat. Yang menjadi pertanyaan berikutnya yaitu, ketika benyak perempuan yang melajang, lalu bagimana dengan penerus kita kelak? Tentu ini menjadi perhatian serius. Walaupun laporan dari PBB menyatakan bahwa penduduk dunia saat ini telah menacapai 7 miliar, dan adanya anjuran untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk bumi, tetapi pada faktanya tidak semua negara memiliki penduduk yang padat, sehingga apabila kondisi ini berlanjut dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakseimbangan atau jomplangnya jumlah manusia, ketika orang tua semakin banyak sedangkan anak-anak semakin berkurang.
Ketimpangan jumlah tersebut sedang menjadi bahasan yang hangat di Jepang. Yang terjadi di Jepang saat ini adalah para wanita lebih senang menghabiskan waktu di kantor, membangun karier, dan hidup mandiri. Lama-lama, jumlah wanita lajang makin meningkat. Dampaknya, jumlah bayi yang lahir semakin berkurang. Bahkan pemerintah di sana mendorong stasiun TV untuk menayangkan berita-berita tentang nikmatnya membangun keluarga. Satu keluarga beranak 10 menjadi berita besar bagi TV Jepang. Dan hal yang menjadi kekhawatiran besar pemerintah jepang adalah semakin banyaknya orang tua jompo sedangkan sekolah-sekolah banyak yang tutup karena kekurangan murid.
Di China tidak jauh berbeda dengan di Jepang, banyak perempuan disana yang menolak untuk hamil, keengganan mereka untuk menikah dipicu lantaran mereka tidak mau menikah dengan laki-laki yang kurang mapan. Lebih seperempat jumlah perempuan yang mengikuti survei berharap mengencani lelaki berpendapatan 10 ribu yuan per bulan atau lebih. Survei menjaring lebih 50 ribu warga di seluruh wilayah negara itu berumur 20-60 tahun. Survei dilakukan Asosiasi Pekerja Sosial China dan laman Baihe.com, situs kencan dan perjodohan besar di China. Banyak survei di beberapa negara Asia mengungkapkan bahwa perempuan Asia menolak pernikahan.  
Ada salah satu manfaat dari pernikahan yang belum banyak di pahami intinya oleh para perempuan, yaitu lahirnya keturunan. Anak merupakan pokok yang dijadikan sasaran utama bagi pelaksanaan hidup berumah tangga. Kita dapat mengambil hikmah dari keberadaan seorang anak yaitu, melestarikan keturunan sehingga anak dapat menjadi penerus generasi bangsa dan agama, dengan keberadaan seorang anak juga merupakan salah satu upaya kita meraih keberkahan dari doa anak yang shalih yang ditinggalkan, dan selanjutnya yaitu upaya memohon syafaat dari anak kecil yang telah meninggal dunia.
Upaya meraih keberkahan dari doa anak shalih yang ditinggalkan menjadi penghangat bagi orang tua yang dengan tenaga serta pikirannya serius mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik dan santun. Semua amal perbuatan manusia terputus kecuali tiga hal yang salah satunya adalah doa anak shalih. Pernahkah kita mendengar kisah seorang anak kecil yang menarik kedua orang tuanya untuk  masuk ke dalam surga sebab kasih sayangnya kepada mereka? Seorang anak dapat menjadi investasi yang sangat berharga bagi kekehidupan kedua orang tuanya di kumudian hari.
Menjadi Single Professional Women atau Ibu Rumah Tangga, atau bahkan menjadi keduanya adalah sebuah pilihan. Semuanya kembali pada masing-masing pribadi. Tidak dipungkiri sukses pekerjaan belum tentu sukses berkeluarga, atau sebaliknya.

Qurrotul A’yuni
Mahasiswa Semester Pertama Program Pascasarjana
Magister Administrasi Publik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Dan Penerima Beasiswa Unggulan Kemendiknas BPKLN








0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar