Apakabar Millennium Development Goals (MDGs) Jawa Tengah?





2015 kurang dari tiga tahun lagi, sudah sampai manakah
pencapaian MGDs di Jawa Tengah?

Sangat menggembirakan bagi Provinsi Jawa Tengah karena salah satu Kabupatennya yaitu Kabupaten Pekalongan menerima Millennium Development Goals (MDGs) Award untuk kategori pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS pada bulan Februari 2012. Prestasi ini tentu di harapkan semakin mendorong kabupaten lain untuk  bersama mewujudkan dan menghasilkan perubahan-perubahan ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan pembangunan millenium (MGDs) menjadi skema atau kerangka pembangunan yang cukup mendunia, karena kerangka ini tidak dihasilkan murni dan seutuhnya dari Indonesia, MDGs menjadi mendunia karena MGDs adalah sebuah paradigma pembangunan global, dideklerasikan melalui Konferensi Tingkat Tinggi Millenium oleh 189 negara-negara PBB di New York pada bulan September tahun 2000.

Percepatan Pencapaian Target MDGs
Bukan hal yang memalukan dan bukan hal yang perlu ditutupi seandainya target MGDs kita masih jauh dari harapan, jika memang itu kondisi senyatanya. Perlu adanya keterbukaan untuk memaparkan capaian target MGDs, daripada menutupi dan sesumbar mengatakan bahwa target MGDs telah tercapai namun faktanya masih banyak anak-anak dan ibu hamil yang kekurangan gizi, masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, semakin meningkatnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, masih tidak terhitung jumlahnya anak yang putus sekolah, masih banyaknya perempuan yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual, semakin meningkatnya kerusakan alam oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, dan masih belum teratasinya kasus-kasus HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.
Tahun 2015 yang semakin mendekat mendorong seluruh provinsi di Indonesia berusaha mempercepat capaian target pembangunan millenniumnya. Tidak terkecuali di Provinsi Jawa Tengah. Secara tegas Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo pada tahun 2011 menyatakan upaya percepatan pencapaian terget MDGs, yang kemudian di tindak lanjuti oleh pemerintah Jawa Tengah dengan menyusun Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millenium Development Goals (RAD MDGs) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015, yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Jateng No. 20 Tahun 2011 Tentang Percepatan Pencapaian Target Rencana Aksi Daerah MGDs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015.

Sejauh mana Capaian Target MDGs Jateng?
Di tengah-tengah masih hangatnya isu kenaikan BBM dan kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) , upaya untuk mencapai target MDGs tentu menjadi semakin sulit. Indikasi akan semakin banyaknya masyarakat miskin setelah apabila BBM jadi dinaikan menjadi tantangan nyata bagi Pemerintah Daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten untuk terus menaikan tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Disisi lain sukses atau tidaknya MGDs di Jawa Tengah akan berpengaruh pada pencapaian target MDGs Nasional dan akan berpengaruh pula terhadap pencapaian target-target pembangunan daerah sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD 2008 – 2013, dengan sasaran pencapaian visi yaitu ‘Terwujudnya Masyarakat Jawa Tengah Yang Semakin Sejahtera’.
Capaian-capaian dari delapan sasaran tujuan pembangunan millennium di Jawa Tengah sampai saat ini masih mengalami pasang surut, masih banyak kabupaten yang belum sepenuhnya mengimplementasikan tujuan pembangunan ini. Salah satu contohnya yaitu, di satu sisi Kabupaten Pekalongan di anggap cukup berhasil dalam pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS sehingga di ganjar dengan sebuh award, namun di sisi lain ada data yang menyebutkan jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah mencapai angka 4.638, yang artinya sudah sangat banyak dan mengalami peningkatan sebesar 71,43 persen dari tahun sebelumnya, tahun 2010. Dari 4.638 kasus tersebut yang terkena HIV sebanyak 2.646 kasus, dan AIDS 1.992 kasus. Sebanyak 568 orang di antaranya telah meninggal. Kota dengan peringkat tertinggi untuk HIV/AIDS di Jateng ditempati oleh Kota Semarang, kemudian disusul oleh Kabupaten Jepara yang menduduki peringkat kedua, Kota Surakarta peringkat ketiga. Sedangkan Kabupaten Grobogan dan Temanggung masing-masing menduduki peringkat kelima dan keenam.
Sedangkan sasaran lainnya berdasarkan laporan status capaian MDGs di Jawa Tengah Tahun 2010 diketahui bahwa untuk target indikator tingkat kemiskinan, kondisi capaian di Jawa Tengah sebesar 16,56% berada di bawah rata-rata nasional sebesar 13,33%, sasaran MDGs pendidikan untuk semua masih ada 2 indikator yang belum tercapai yaitu Angka Partisipasi Murni SD/MI dan Proporsi murid kelas 1 yang menamatkan SD/MI.
Kesetaraan gender semakin menjadi isu yang sangat penting di tengah-tengah modernisasi dan globalisasi, sehingga perlu adanya upaya yang keras untuk mencapainya, namun dari 4 indikator, hanya 1 indikator yang baru tercapai (ratio melek huruf perempuan terhadap laki-laki penduduk usia 15-24 tahun) dan 3 indikator masih belum tercapai (ratio perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan dasar menengah dan tinggi, kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian dan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD).
Selanjutnya yaitu Angka Kematian Bayi di Jawa Tengah sebesar 10,62 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan nasional sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak, capaian Jawa Tengah sebesar 104,97 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan nasional sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Capaian-capaian tersebut masih jauh dari harapan, akan tetapi masih ada waktu sampai tahun 2015 untuk terus diperbaiki dan ditingkatkan. Data dan angka di atas tentu bukan satu-satu nya alat bukti yang dapat di jadikan pondasi untuk mempercayai dan meyakini bahwa MDGs telah berhasil atau tidak. Walaupun memang tanpa data dan angka kita tidak akan tahu sejauh mana suatu sasaran atau target telah tercapai. Untuk mendukung MGDs ini dibutuhkan partisipasi, pengawasan dan dukungan dari masyarakat sehingga kegiatan-kegiatan atau pun agenda-agenda yang di telah di program sebelumnya menjadi terwujud dan terlaksana, sehingga cita-cita welfare societies ini menjadi nyata adanya.

Qurrotul A’yuni
Penulis adalah Mahasiswa Semester Kedua
Program Pascasarjana Magister Administrasi Publik Universitas Jenderal Soedirman
Dan Penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud  BPKLN tahun 2011

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar