Jika kita bertanya
kepada petani, apa yang paling penting yang dibutuhkan oleh mereka ketika
memasuki masa-masa bercocok tanam? Tentu mereka akan menjawab pupuk dan benih.
Bayangkan seandainya mereka memasuki musim bertanam tetapi mereka hanya
memiliki sedikit benih dan sedikit pupuk, tentu kerugianlah yang akan mereka
terima. Lahan-lahan yang sudah siap untuk di tanami akan di biarkan begitu
saja, karena mereka tidak memiliki benih lagi untuk di tanam. Tentu dampaknya
akan sangat besar, dan akan menjadi beban pemerintah juga pada akhirnya.
Bukan tanpa alasan
seandainya petani kekurangan benih dan pupuk, karena saat ini dalam APBN-Perubahan
terjadi pemangkasan jumlah subsidi pupuk dan benih. Jika dalam APBN 2012 subsidi pupuk
dialokasikan sebesar 16,94 triliun rupiah sedangkan di APBN-Perubahan 2012
jumlahnya turun sebesar 17,6 persen atau 2,98 triliun rupiah menjadi 13,95
triliun rupiah. Untuk subsidi benih jika sebelumnya dalam APBN 2012 dipatok
sebesar 279,9 triliun rupiah, dalam APBN-Perubahan 2012 mengalami penurunan
sebesar 53,7% atau 150,4 miliar rupiah menjadi 129,5 triliun rupiah. Pemerintah
beralasan bahwa pengurangan subsidi
pupuk dan benih ini karena melihat rendahnya realisasi penyaluran pupuk dan
benih bersubsidi pada tahun-tahun
sebelumnya.
Alasan tersebut menjadi alasan yang klise yang sering di
pakai oleh pemerintah ketika membicarakan tentang rancangan anggaran keuangan,
alasan-alasan ini pula lah yang mendorong setiap lembaga pemerintah baik di
pusat mapun di daerah ketika memasuki masa akhir tahun mereka berlomba-lomba
menghabiskan anggaran keuangan tahunannya. Mereka takut anggaran keuangan
mereka akan dikurangi apabila mereka tidak memanfaatkan anggaran tersebut.
Implikasi yang signifikan dari pengurangan subsidi pupuk dan
benih adalah semakin naiknya harga pupuk dan benih di dalam negeri, mahalnya
pupuk dan benih tentu akan memberatkan petani, karena tidak sebanding dengan
penjualan hasil panen yang selalu jatuh dan kurang berpihak kepada petani
sebagai produsen. Selain itu akan terjadi pula penurunan daya beli atas pupuk
dan benih oleh petani kecil yang biasanya mengandalkan pembelian pupuk dan
benih bersubsidi, penurunan daya beli ini akan menyebabkan produktivitas
tanaman padi dan jagung mengalami penurunan juga.
Dari hasil sebuah simulasi tentang dampak penurunan subsidi
pupuk dan benih terhadap kinerja tanaman pangan tahun 2009-2014 yang dilakukan
oleh Tim kajian Kebijakan Harga dan Subsidi Pangan dan Pertanian, Bidang
Kebijakan Subsidi, PKAPBN, BKF dengan skenario level penurunan subsidi pupuk
sebesar 30% diketahui bahwa penurunan subsidi berdampak langsung pada kenaikan
harga pupuk urea yaitu hingga mencapai 2,152. Penurunan harga pupuk urea
menyebabkan produktivitas padi menurun hingga -0,069 dan produktivitas jagung
mengalami penurunan yaitu sebesar -0,017, sedangkan subsidi benih hanya
berpengaruh bagi komoditi jagung, dimana skenario kebijakan ini berdampak pada
penurunan luas areal jagung dan produktivitas jagung. Dampak dari kebijakan ini
akan menurunkan produksi jagung sebesar 0,5%. Skenario penurunan subsidi ini
masih terbilang rendah hanya 30%, namun saat ini penurunan subsidi mencapai 53,7%
yaitu ada selisih 23.7% tentu akan lain hasilnya, bisa mengalami penurunan yang
lebih besar lagi.
Terlepas dari dampak yang muncul dari adanya penurunan
subsidi pupuk dan benih ini, hendaknya subsidi ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,
harus tepat sasaran—mekanisme pemberian dan target yang jelas agar subsidi pupuk
dan benih tersalurkan secara efektif dan
efesien. Pemberian subsidi diharapkan dapat meringankan para petani dalam
mengelola lahan pertaniannya karena mereka dapat membeli pupuk dan benih dengan
harga yang terjangkau, pupuk dan benih bagaikan napas bagi petani.
Qurrotul A’yuni
Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana
Magister Administrasi Publik Universitas Jenderal
Soedirman
Dan Penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud BPKLN
0 komentar: (+add yours?)
Posting Komentar