International Migrants Day 18 Oktober 2012 |
Van Hear,
Nicholas, et al. (2012). Drivers Of Migration. Migrating out of Poverty
Research Programme Consortium Working Paper 1 March 2012. Migrating out of
Poverty, Research Programme Consortium, UK.
Tujuan:
Paper ini
berupaya untuk mengeksplor hubungan antara faktor-faktor migrasi yang
seringkali mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, lingkungan
dan faktor lainnya yang menentukan. Paper ini juga dapat dijadikan sebagai
saran yang mungkin dapat berguna untuk membedakan antara faktor-faktor
kecenderungan, kedekatan, kecepatan dan mediasi.
Kerangka Paper:
Kerangka dalam
paper ini berlaku untuk 2 kasus migrasi yang ada pada saat ini yaitu Asia
Tenggara (Migrasi domestic workers Indonesia di Singapura dan Malaysia) dan
antara Asia Selatan dan Timur Tengah (Migrasi dari Bangladesh ke Negara-negara
Teluk). Selain itu paper ini kemudian akan menarik dimensi lain yang dibutuhkan
sebagai pertimbangan seperti Lokalitas, skala, durasi waktu, dan kedalaman atas
tractability.
Previous studies:
Penelitian
atau tulisan sebelumnya yaitu ada kaitannya dengan sejarah migrasi,
perlindungan pekerja domestik, dan regulasi. Sebut saja Wong (1996) dan Chin
(2002) yang membahas tentang sejarah regulasi yang berkaitan dengan pekerja
migran, khsusnya yaitu regulasi pasar tenaga kerja migran dan pengakuan atas
upah mereka. Menurut keduanya langkah pemerintah Singapura dan Malaysia
tersebut sudah dilakukan sejak tahun 1980-an.
Penelitian
lain yaitu dilakukan oleh MOM (2011). MOM sangat concern terhadap kebijakan dan
perlindungan terhadap pekerja migran. Menurut MOM (2011), kebijakan itu sudah
termasuk kontrol yang tegas pada saat rekrutmen tenaga kerja, dan bagi mereka
yang melakukan migrasi secara ilegal dan melakukan praktik ketenagakerjaan yang
curang akan dijatuhi hukuman. Berdasarkan Employment
Agency Act yang baru menetapkan akan mendenda agen-agen yang nakal
sampai S$160,000 (US$124,550) atau 4
tahun hukuman penjara bagi yang beroperasi tanpa ijin.
Sedangakan
tulisan yang hampir sama dikemukakan oleh Chin (2002), Low (2002), Yeoh (2004),
dan Kaur (2007) mereka membahas mengenai aturan bersama antara negara pengirim
dan negara tujuan, menspesifikasikan mengenai aturan cross-border antara Indoensia, Singapura dan Malaysia yang menurut
mereka sudah sangat krusial karena didalamnya terdapat industri perekrutan
tenaga kerja domestik yang sangat besar.
Yang
membedakan tulisan atau penelitian ini dengan penelitian lainnya yaitu tulisan
ini mencoba menjawab pertanyaan kunci yaitu bagaimana, dimana dan kapan driver beroperasi untuk membentuk
migrasi. Sebagai awalan tulisan ini mengeksplor hubungan antara faktor-faktor
penentu migrasi yang sering dikaitkan dengan ekonomi, sosial, politik, budaya
dan lingkungan.
Metode:
Metode yang
digunakan yaitu deskriptif, dimana menggambarkan atau mengilustrasikan dua
jalur migrasi dengan melibatkan driver yang
menghubungkan Afganistan, Iran dan Pakistan dan yang menghubungkan Somalia
dengan wilayah Afrika Selatan untuk mengidentifikasi “schematic fashion three sets of driver complexes operating at the place
of origin, on the journey and in the destination area”.
Kesimpulan:
Kesimpulan
yang dapat diambil dari paper ini yaitu:
- Dalam kasus yang diangkat dalam paper ini telah mengidentifikasi prinsip migrasi dan menunjukan bagimana mereka menjalankan berbagai macam pertimbangan.
- Dalam tingkat makro, ekonomi dan demografi Mewakili faktor-faktor yang berpengaruh yang menyokong pemasukan yang berkelanjutan bagi pekerja rumah tangga Indonesia yang bekerja di Singapura dan Malaysia.
- Beberapa alasan yang mendorong para perempuan bermigrasi ke Singapura dan Malaysia yaitu tingginya tingkat penggangguran dan kurangnya lapangan kerja, kemudian tawaran upah yang tinggi, selain itu tingginya permintaan atas pekerja rumah tangga yang melekat pada pasar tenaga kerja. Arus migrasi juga juga difasilitasi oleh kebijakan negara, baik di negara pengirim dan negara penerima atau tujuan. Dimana keduanya memerankan peran dalam menentukan proporsi dan tipe tenaga kerja migran yang dibutuhkan sehingga didapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar.
- Selain itu, kerangka aturan dan regulasi merupakan perwujudan dari kebijakan penguatan pembangunan industri perekrutan pekerja rumah tangga di wilayah dengan menggunakan pandangan sumber daya, perekrutan dan pelatihan (sourced, recruited dan trained).
- Kata kunci lain mengarahkan dan mempengaruhi migrasi antara beberapa negara yaitu dorongan atas perlindungan bagi remitensi dan dekatnya geografis bagi sumber daya migran dan negara tujuan. Perekrutan tenaga kerja rumah tangga hampir seluruhnya dikomersialkan dan di atur oleh agen perekrutan, selama ini dijalankan oleh swasta (baik berizin maupun yang tidak berijin resmi). Agen tenaga kerja juga mengambil 50% sebagai refund yang diambil dari pekerja rumah tangga melalui majikan mereka, hal ini akan dilakukan selama 6 bulan masa permulaan.
Tabel 1. Economic
Indicators for Indonesia, Malaysia, and Singapore
Source: Van Hear, Nicholas,
et al. (2012). Drivers Of Migration. Migrating out of Poverty Research
Programme Consortium Working Paper 1 March 2012. Migrating out of Poverty,
Research Programme Consortium, UK. p. 13
Indicator
|
Year
|
Indonesia
|
Malaysia
|
Singapore
|
Population (millions)
|
2010
|
232.5
|
27.9
|
4.8
|
GDP per capita (USD)
|
2008
|
2,246
|
8,209
|
37,597
|
Unemployment rate (% of labour force)
|
2009
|
7.7
|
5.0
|
3.0
|
Female population with at least secondary education (% ages
25 and older)
|
2010
|
24.2
|
46.7
|
57.3
|
Human Poverty Index (HPI) rank
|
2007
|
69
|
25
|
14
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat perbedaan Indikator ekonomi masing-masing negara
yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Untuk jumlah penduduk, Indonesia masih
menjadi yang pertama dengan penduduk terbanyak yaitu sebesar 232.5 juta
penduduk, dan Singapura yang terkecil yaitu 4.8 juta jiwa penduduk, tentu hal
ini dipengaruhi luas negara juga. Walapun jumlah penduduk terkecil, namun GDP
per Capita Singapura tahun 2008 menduduki urutan pertama yaitu sebesar
USD37.597 dan yang kedua Malaysia dan Indonesia menempati urutan buncit.
Ranking indeks kemiskinan Indonesia menempati urutan 69, Malsysia 25 dan 14
Singapura (indeks kemiskinan terendah dimulai dari urutan 1 dan seterusnya).
Main Refrence:
Van Hear,
Nicholas, et al. (2012). Drivers Of Migration. Migrating out of Poverty
Research Programme Consortium Working Paper 1 March 2012. Migrating out of Poverty,
Research Programme Consortium, UK.
Addition References:
Ministry of Manpower (MOM) (2011)
Factsheet on New Employment Agency Regulatory Framework, [online] available at:
www.mom.gov.sg/Documents/foreign-manpower/Employment%20Agencies/Factsheet%20on%20EA%20Regulatory%20Frame
work.pdf
Chin, C.B.N.
(2002) ‘The “host” state and “guest” worker in Malaysia: public management and
migrant labour in times of economic prosperity and crisis, Asia Pacific
Business Review, 8(4): 19-40.
Kaur, A. (2007) ‘International
labour migration in Southeast Asia: governance of migration and women domestic workers’,
Intersections: Gender, History and Culture in the Asian Context, [online]
available at:
http://intersections.anu.edu.au/issue15/kaur.htm.
Low, L. (2002)
‘The political economy of migrant worker policy in Singapore’, Asia Pacific
Business Review, 8(4): 95-118.
Yeoh, B.
(2004) Migration, International Labour and Multicultural Policies in Singapore.
Singapore Asia Research Institute Working Paper Series No. 19.
Wong, D.
(1996) ‘Foreign domestic workers in Singapore’, Asian and Pacific Migration
Journal, 5(1): 117-138.
International
Organization for Migration (IOM) (2010)
Labour Migration from Indonesia: An Overview of Indonesian Migration to
Selected Destinations in Asia and the Middle East. Jakarta: IOM.
Qurray_Yoen
Qurray_Yoen
0 komentar: (+add yours?)
Posting Komentar